Bekasi - Ditengah teriakan klakson kendaraan yang berebut jalan, irama
angklung menggiring gendang telinga. Apakah itu? Nadanya selaras dengan tabuhan
ketipung, gambang dan bedug. Beberapa pengendara roda dua spontan menoleh.
Kelompok seniman jalanan itu biasa menghibur pengguna jalan diperempatan Rumah
Sakit Bella, Jalan Ir. Hj Juanda, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Dikota-kota besar,banyak
pengamen merasa patut menarik uang dari penumpang hanya dengan menyanyikan
satu bait lagu sambil tepuk tangan yang suara dan nadanya kadang tidak jelas.
Dan pengamen yang lain pun terkadang tetap memaksa penumpang untuk memberikan
uang.
Nah, seniman yang satu ini berbeda dari pengamen-pengamen
yang lain. Yang membedakan pengamen ini adalah kesungguhan dan totalitas mereka
dalam bermusik. Dibawah pohon rindang tepi jalan, empat orang ini asik
memainkan alat musik yang mereka kuasai. Suara yang paling dominan adalah
angklung,selain angklung ada juga alat musik yang lainnya seperti
gambang,ketipung dan beduk serta ada satu orang lagi yang menadahkan ember
kecil untuk pengendara yang berhenti dilampu merah.
“kita semua berasal dari Cilacap. Kami berlima satu kampung,
tapi kita bertemunya sama-sama dijalanan,” kata Agus Fredian (25 tahun)
Kelompok pengamen ini bernama Cahaya Angklung Precution.
Mereka mulai mengamen sebulan yang lalu tepatnya 7 Mei 2016. “kita belajar alat
musik semuanya disini. Kaya hafalin lagunya,belajar nada nadanya juga ya
disini. Belajarnya ya cocokin nadanya aja,” kata Agus.
Kelompok pengamen ini biasa memainkan lagu dangdut,lagu
Jawa,lagu Pop,dan judul lagu lain yang sedang akrab ditengah masyarakat. Mereka
juga memiliki lagu andalan antara lain, “Cuma Kamu” , “Secawan Madu” dan
“Oplosan”.
Cahaya Angklung Precution ini hanyalah lulusan SD yang
mengasah kemampuan musik secara autodidak. Jalananlah yang mempertemukan
keempat temannya, yaitu Ipung,Imat,Sigit dan Gardot.
Agus mengaku mereka terinsprirasi oleh salah satu kelompok
pengamen serupa di Cilacap. Kelimanya sepakat menjajal peruntungan di Kota
Bekasi. Mereka tinggal dikamar kos di Kampung Bekasi Kaum, Kelurahan Bekasi
Jaya,mereka kemudian kredit seperangkat alat musik seharga Rp 5 Juta.
Pengamen angklung ini sengaja menjalin hubungan dengan baik
dengan tukang pangkalan ojek. Menurut mereka sesama warga jalanan hubungan itu
penting untuk untuk menjaga diri supaya tidak diganggu oleh pengamen lain.
Kelompok seniman ini mampu menghasilkan uang Rp
300.000-Rp400.000 perhari. Mereka pun menerima panggilan untuk acara
pesta,pernikahan,khitanan maupun ulang tahun. Untuk acara seperti itu mereka
mematok harga sebesar Rp 500.000 untuk penampilannya selama satu jam.
Sejumlah orang pun tertarik untuk mendengarkan musik mereka.
Terbukti, dalam jangka waktu sebulan, mereka sudah mendapatkan enam kali
panggilan manggung. Pada tanggal 28 Juli mereka pun dipanggil Wali Kota Bekasi
untuk tampil diacara buka bersama.
Bisa minta kontalnya
BalasHapus